Senin, 19 Maret 2012

Pengaruh Bangsa Ayam Terhadap Kualitas Dan Fertilitas Spermatozoa


              PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
              JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
                 UNIVERSITAS TADULAKO
 

Bahan Seminar              :    Hasil Penelitian
Judul                             : Pengaruh Bangsa Ayam Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa.
Pembawa Seminar        :    Mohamad Ervandi ( E 101 07 009 )
Pembimbing                  :    1. Ir. Ridwan M.P            (………)
                                           2. Ir. Sri Sarjuni M.Si                   (…….…)
                                           3. Ir. Moh. Ismail M.P                              (…….....)        
Tempat                          :    Ruang seminar Fakultas Pertanian
Tanggal                         :           Juni  2011
 


I.                   PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pembangunan peternakan sebagai bagian dari aset  pembangunan dalam kehidupan manusia saat ini, menjadi bagian terpenting dalam mewujudkan ketahanan pagan. Setiap manusia membutuhkan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah pemanfaatan ternak unggas khususnya ayam karena secara genetis ternak ayam tersebut lebih dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitar, sehingga dapat di harapkan berproduksi secara baik dan maksimal di banding dengan ternak unggas lainya.
Ayam merupakan ternak yang sangat umum dijumpai di Indonesia, dan telah terbukti mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan serta lebih resisten terhadap penyakit. Ayam mempunyai potensi yang tinggi sebagai penghasil daging dan telur. Efisiensi produksi dapat di tingkatkan dengan mengubah pola pemeliharaan ekstensif menjadi pemeliharaan semi  intensif  maupun intensif .
Menurut istilah Ditjen peternakan bahwa ayam yang telah mempunyai nama dan ciri tersendiri tersebut ayam lokal spesifik, yang di pelihara untuk tujuan produksi daging, telur, dan atau merupakan hewan kesayangan dengan manfaat antara lain sebagai penghias halaman, aduan, keperluan ritual atau sebagai pemberi kepuasan melalui suara kokoknya yang merdu (Sunarto dkk., 2004).
Mengingat keanekaragaman hayati dari ternak ayam cukup besar, terbuka peluang untuk melakukan pemuliabiakan  jenis ternak tersebut sehingga dapat di hasilkan ras atau bangsa ayam baru (proven breed) yang produktifitasnya lebih baik. Salah satu proses pemuliabiakan yang dapat di lakukan  pada tahap awal adalah seleksi dan persilangan antara bangsa ayam – ayam terpilih, yaitu melalui Inseminasi Buatan.
Dalam Inseminasi Buatan sifat-sifat semen seperti volume ejakulat, pH semen, konsentrasi sperma, motilitas sperma dan persentase sperma hidup, memegang peranan penting dalam efisiensi penggunaan pejantan. Adapun aspek reproduksi ayam betina yang penting di perhatikan adalah panjang “clutch”, fertilitas dan daya tetas telur.   
Fertilitas didefinisikan oleh Card (1963), sebagai persentase telur yang memperliatkan adanya perkembangan embrio tanpa memperhatiakan apakah telur itu menetas atau tidak dari sejumlah telur yang diinkubasiakan. Telur dikatan fertil apabila terjadi pembuahan sel telur oleh spermatozoa yang disebut sebagai peristiwa fertilisasi.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Ridwan (2002) menyatakan bahwa kualitas semen sangat menentukan persentase telur fertil dan periode fertil spermatozoa. Semen yang mempunyai kualitas jelek menyebabkan telur fertil sedikit, dan sebaliknya untuk semen kualitas baik dan sangat baik pada populasi ayam yang jumlahnya banyak akan menghasilkan persentase telur fertil dan periode fertil yang baik pula. Rasyaf (1993) menyatakan, apabila sekelompok ayam betina dikawinkan atau diinseminasi buatan, maka untuk kurun waktu tertentu mempunyai pola fertilitas yang tidak sama dari hari ke hari. Hal ini tergantung dari pejantan, khususnya kualitas semen yang dihasilkan pejantan. Lake dan Stewart (1978) menyatakan bahwa pola fertilitas telur juga tergantung kemampuan oviduk sebagai tempat produksi telur.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas untuk melihat kualitas dan fertilitas dari tiga jenis bangsa pejantan ayam yaitu Ayam Kampung, Ayam Bangkok dan Ayam Arab silver telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Bangsa Ayam Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa”.   

1.2    Tujuan dan Keguanaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Bangsa AyamPejantan  Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa melalui pengamatan semen segar hasil penampungan dan pengamatan produksi sejumlah telur yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.
Pelaksanaan penelitian ini berguna untuk mengkaji informasi mengenai kualitas dan fertilitas bangsa ayam yang baik  dalam rangka perbaikan mutu genetik dan informasi breed baru yang dihasilkan dalam perkawinan sejumlah jenis pejantan dengan ayam betina.




II. MATERI DAN METODE


2.1  Tempat dan Waktu Penelitian
.Penelitian ini telah dilaksanakan dikandang penelitian Jurusan Peternakan  Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, berlangsung pada tanggal 14 Februari  sampai 10 April 2011.

2.2        Materi Penelitian

2.2.1    Ternak dan Kandang Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 ekor ayam jantan dengan bangsa yang berbeda yaitu ayam kampung, ayam arab, dan ayam bangkok sebagai sumber semen untuk keperluan IB dan 20 ekor ayam ras betina produktif digunakan sebagai induk betina yang di IB dan selanjutnya di uji daya fertilitas.

Kandang dibuat secara individual dan berbentuk panggung dilengkapi tempat penampungan feses yang terbuat dari litter atau serbuk gergaji dengan tinggi rata-rata 7 cm. Pada ayam jantan, kandang dibuat dari bambu dan untuk ayam betina kandang terbuat dari terali besi dilengkapi tempat pakan dan air minum. Ukuran kandang : panjang 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 75 cm.


2.2.2    Pakan

   Pakan yang diberikan terdiri dari campuran dedak halus, jagung dan pakan komersial Superfeed (PT Cheil Jedang Indonesia ) dengan perbandingan 15:50:35Pemberian pakan dan air minum diberikan secara ad – libitum kandungan bahan pakan tertera pada Tabel.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Penyusun Ransum


Bahan Ransum
Protein
(%)

(1)
Serat Kasar
(%)
(1)
Lemak
(%)
(2)
Kalsium
(%)
       (2)
Phospor
(%)
(2)
EM
(Kkal/Kg)
(2)
Jagung Kuning
Dedak halus
Konsentrat
(3)
9,28
13,26
36,00
3,05
13,05
8,00
3,90
13,00
4,00
0,01
0,07
10,00
0,13
1,44
1,10
3370
1630
2700








Keterangan:    (1) Sarjuni dan Mozin (1996)
        (2) Amrullah (2003).
 (3) Superfeed, PT Cheil Jedang Indonesia.


Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan

Kandungan Nutrisi

Bahan Pakan
komposis
Protein
Serat Kasar
Lemak
kasar
Kalsium
Phospor
EM
Jagung

Dedak halus

Konsentrat
50

15

35

4,64

1,99

12,60

1,52

1,96

2,80

1,95

1,95

1,40

0.005

0,01

3,50

0,06

0,21

0,38

1685

244,50

945,00

Jumlah
100
19,22
6,28
5,30
3,51
0,66
2774,50










Keterangan : Disusun berdasarkan Tabel 1

2.2.3    Alat dan Bahan

          Alat yang digunakan untuk penampungan semen, evaluasi, IB dan inkubasi telur adalah:
1.        Tabung penampung, berfungsi sebagai tempat penampungan semen setelah di evaluasi secara mikroskopis dan makroskopis.
2.        Tabung reaksi berskala, berfungsi sebagai tempat penampungan semen langsung pada ayam betina dan untuk melihat volume semen.
3.        Kertas tissue, sebagai alat untuk membersihkan alat kloaka dari feses.
4.        1 set mikroskop, berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi semen secara mikroskopis.
5.        1 set haemocytometer, berfungsi untuk menghitung konsentrasi spermatozoa.
6.        Gelas objek dan gelas penutup, berfungsi sebagai alat untuk melihat spermatozoa dimikroskop.
7.        Kertas pH, berfungsi untuk mengukur derajat keasaman (pH).
8.        Pipet, sebagai alat untuk mengambil semen dari tabung penampung.
9.        Spuit 1 ml, berfungsi untuk melakukan inseminasi buatan.
10.    Gunting, untuk menggunting bulu ayam sebelum semen ditampung.
11.    Candling adalah alat peneropong telur.
12.    Mesin tetas, berfungsi sebagai alat untuk menetaskan telur.
13.    Rak tabung, untuk menyimpan tabung dan tabung reaksi berskala.
14.    Mesin genset, berfungsi untuk pembangkit listrik apabila lampu padam.

Bahan yang akan digunakan yaitu :
Ø  Semen ayam, berfungsi sebagai bahan untuk menguji kualitas dan fertilitas.
Ø  Pengencer semen yang digunakan adalah jenis pengencer Ringer Dextrose
Ø  Alkohol 70 % dan aquades, berfungsi sebagai bahan untuk membersihkan alat-alat equipment.
2.3              Metode Penelitian
2.3.1    Penampungan Semen

Penampungan semen dilakuan berdasarkan metode Burrows dan Quinn (1935), yaitu dengan cara pengurutan atau masase. Adapun cara-cara yang harus dilakukan adalah: kedua kaki ayam dipegang dengan tangan kiri dengan posisi tubuh horizontal menghadap badan calon penliti. Selanjutnya punggung ayam diurut dengan telapak tangan kanan dari belakang pangkal leher menuju bagian pangkal ekor. Satu orang lainya yang membantu proses penampungan semen.
Calon peneliti melakukan pengurutan beberapakali sampai terjadi rangsangan pada ayam yang ditandai adanya perenggangan tubuh ayam dan keluarnya papillae dari proktodeum kloaka. Ketika reaksi mencapai maksimal, ibu jari dan telunjuk tangan kanan pengurut dikedua sisi kloaka, sehingga dari papillae keluar semen berwarna putih susu. Semen yang keluar  segera ditampung oleh orang kedua dengan cara menyandarkan mulut tabung reaksi berskala pada kloaka. Penampungan semen dilakukan dengan interval tiga hari sekali.

2.3.2    Evaluasi Semen
Semen yang ditampung diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi secara makroskopis :
a.         Volume, diukur setelah penampungan semen, yaitu membaca pada skala tabung penampungan atas sejumlah semen yang ditampung (volume normal ±: 1ml).
b.        Warna, penilaiannya melalui pengamatan langsung pada semen yang ditampung. Warna semen yang baik adalah krem susu.
c.         Konsentrasi, diamati dengan memiringkan tabung penampung kemudian ditegakkan kembali, bila semen turunya lambat berarti semen tersebut kental dan turunya cepat berarti semen tersebut encer.
d.        Derajat keasaman (pH); diukur dengan kertas lakmus.

Sedangkan evaluasi secara mikroskopis meliputi : 

1)             Konsentrasi spermatozoa Total
Penentuan spermatozoa total dilakukan dengan menggunakan pipet eritrocyt haemocytometer (batu merah) dan kamar hitung Neubaure. Maka konsentarsi spermatozoa dapat di hitung dengan rumus dengan hasil modifikasi Kartasudjana (2001): Y x 400/80 x 10 x 200 = Y x 0,01 juta spermatozoa / mm3 atau Y x 10 juta spermatozoa / ml.





2)             Motilitas Spermatozoa
Perhitungan motilitas spermatozoa adalah persentase dari hasil pembagi jumlah spermatozoa motil terhitung dengan spermatozoa total. Maka persentase motalitas spermatozoa diperoleh berdasarkan rumus modifikasi Kartasudjana (2001):
                 Y-X x 100 %
                    Y
                                                                       
 Keterangan : X= Jumlah Spermatozoa mati (immotil).
                      Y= Jumlah spermatozoa total
3)        Abnormalitas Spermatozoa
Perhitungan diperoleh melalui preperat ulus yaitu: mencampurakan semen, larutan eosin 1% dan nigrosin 10% masing-masing satu tetes diatas objek glass menggunakan tusuk gigi. Kemudian membuat preparat ulas dengan objek gelass lainya dan diamati dibawah mikroskop dengan membereskan 10 x 40. Kemudian dihitung spermatozoa yang abnormal dari 200 spermatozoa yang terlihat maka persentase abnormalitas spermatozoa akan didapat dengan rumus yang modifikasi oleh Kartasudjana (2001):
                 (spermatozoa abnormal) x 100%
                                 200

2.3.3    Pengenceran Semen

          Menurut Hafez (1993), kadar pengencer tergantung pada volume ejakulat, konsentrasi, dan persentase spermatozoa hidup dan motil progresif. Pengenceran dilakukan pada tabung reaksi yang steril, dimana jumlah volume semen yang diencerkan harus sesuai dengan jumlah dari kadar pengenceran yaitu dengan cara menghitung konsentrasi dan motil progresif dari semen tersebut, setelah diketahui jumlah dosis semen ayam, kemudian dikali dengan volume inseminasi dan dikurangi volume semen ayam segar, sehingga didapat jumlah pengencer yang akan ditambahkan.
Penampungan konsentrasi spermatozoa setiap dosis inseminasi diperoleh berdasarkan rumus modifikasi Kartasudjana (2001):
Jumlah dosis IB= (volume semen x konsentarasi spermatozoa total x motilitas)
Dosis  Inseminasi x 10 6

Jumlah pengencer   = (Dosis IB x volume IB) – volume semen segar.
          Cara pengenceran yaitu dengan memasukan bahan pengencer ke dalam tabung reaksi yang berisi semen melalui dinding tabung dengan cara memutar tabung reaksi. Agar larutan homogen maka dilakukan pencampuran dengan cara membolak-balikan tabung reaksi secara perlahan-lahan.




2.3.4    Pelaksanaan Inseminasi Buatan

            Iseminasi atau deposisi semen pada ayam betina dilakukan secara manual menggunakan pipet inseminasi. Pipet inseminasi yang digunakan berupa spuit injeksi tuberculin.
            Semen yang memenuhi syarat selanjutkan diencerkan dengan pengencer semen Ringer Dekstros, semen yang telah diencerkan kemudian diinseminasi secara intrauterin pada ayam betina. Inseminasi Buatan (IB) dilakukan pada sore hari setelah terjadi oviposisi telur. Pelaksanaanya dilakukan oleh dua orang menurut teknik Burrows dan Quinn (1935). Adapun caranya adalah: seorang yang memegang ayam betina dengan tangan kiri dan menguakan vagina pada pangkal kloaka dengan tangan kanan. Penguakan vagian terjadi bersamaan dengan menekan perut dan kloaka. Seorang lainya kemudian memasukan spuit sedalam 1 inci atau 2,5 cm. setelah spuit injeksi yang berisi semen yang telah diencerkan masuk kedalam mulut vagina dalam kloaka, tekanan abdominal dikurangi agar vagina perlahan-lahan masuk keposisi normal, hal ini dilakukan untuk menghindari keluarnya semen yang didesposisikan dalam mulut vagina ayam betina.

2.3.5    Koleksi telur dan penetuan Fertilitas spermatozoa

            Pengumpulan telur dilakukan selama 20 hari sejak inseminasi. Telur dilakukan sebanyak empat periode koleksi (masing-masing periode, selama lima hari) sesaat setelah telur dikumpul terlebih dahulu dibersihkan dengan kain yang telah dicelupkan pada air hangat, kemudian diberi kode sesuai dengan nomor ayam dan kode perlakuan yang dicobakan.
            Setelah dikoleksi selam empat hari, telur-telur di inkubasikan ke dalam incubator dengan pengaturan suhu 38,330C dan kelembaban 75%. Pada hari ke lima telur diperiksa fertilitasnya dengan metode candling. Pemutaran telur dilakukan tiga kali sehari kecuali pada hari 1-3 dan 18-22 hingga hari ke 21, hal ini dimaksudkan agar permukaan kerabang telur yang diinkubasi mengalami suhu dan kelembaban yang sama.

2.4Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati adalah:
1.                  Kualitas Spermatozoa
Penentuan kualitasmakroskopisdanmikroskopis spermatozoa menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubeure.
2          Fertilitas spermatozoa
Fertilitas spermatozoa di manifestasikan sebagai persentase telur yang meperlihatkan adanya perkembangan embrio dibagi dengan jumlah telur tetas hasil IB.



2.5Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan di analisis secara statistik menurut patunjuk Steel dan Torrie (1991) sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (3 perlakuan x 6 ulangan) adapun jenis ayam pejantan yang digunakan  sebagai perlakuan yaitu:

P1­­­= Pejantan Ayam Kampung
P­­2= Pejantan Ayam Arab
P3= Pejantan Ayam Bangkok

Setiap ulangan menggunakan 3 ekor ayam ras betina yang sedang produksi untuk meguji daya fertilitas. Model matematis Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut:


                                                            Yij= µ + αi + εij


Dimana : Yij= Nilai pengamatan pada perlakuan  faktor P ke – i dan  ulangan ke- j
  µ = Rata-rata populasi hasil penelitian
   i = Perlakuan (P1, P2, P3)
   j= Ulangan
 Îµij = Galat dari perlakuan faktor P ke – i dan ulangan ke – j.

Apabila hasil analisis keragaman menunjukan pengaruh yang nyata dari perlakuan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT).








IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Kualitas Semen Segar
Evaluasi semen segar dilakukan untuk mengetahui kuantitas, kualitas dan karakteristiknya. Pemeriksaan semen meliputi pengamatan terhadap gambaran makroskopik dan mikroskopik. Gambaran makroskopik meliputi pengamatan terhadap keseluruhan karakteristik semen yaitu volume, pH, warna, konsisitensi, sedangkan mikroskopis maliputi gerakan massa, motilitas, konsentarasi, dan abnormalitas.
Hasil pengamatan kuantitas dan kualitas semen segar ayam selama penelitian tertera pada Tabel 3 :

Tabel 3. Rataan hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis kualitas      semen segar tiga jenis pejantan.

Jenis Pengamatan
Ayam
Kampung
Ayam Arab
Ayam Bangkok
Makroskopis



Volume (ml)
0,4
0,2
0,3
pH
7,8
7,6
7,6
Warna
Krem
Krem
Krem
Konsistensi
Kental
Kental
Kental
Gerakan Massa
+++
+++
+++
Mikroskopis



Konsentrasi (10)
2,9
3,1
3,4
Motilitas (%)
91
90,5
93,5
Abnormalitas (%)
2,5
3
2,5
Keterangan  :  +++  : Sangat baik, (terlihat banyak gelombang besar yang bergerak cepat).

Hasil pengamatan secara makroskopis pada semen tiga jenis bangsa ayam menunjukkan bahwa volume ejakulat rata-rata 0,2 - 0,4 ml dengan kisaran masing-masing volume ejakulat adalah : ayam kampung 0,4 ml, ayam arab 0,2 ml dan ayam bangkok 0,3 ml. Rata – rata volume semen tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Toelihere (1981) yaitu 0,3 – 1,5 ml dimana kisaran ini berbeda – beda menurut bangsa unggas.Variasi volume semen perejakulat yang berbeda disebabkan oleh perbedaan bangsa, umur, ukuran badan, tingkat makanan, frekuensi penampungan dan metode penampungan. Hal ini didukung oleh Bakst dan Bahr (1993) volume semen yang diperoleh secara artifisial selain tergantung pada umur dan bangsa ayam juga dipengruhi oleh kebiasaan ayam menjalani proses penampungan semen secara artifisial dan tingkat keahlian operator yang merangsang dan mengurutnya.
Derajat keasaman atau pH semen masing masing pejantan adalah ayam kampung 7,8, ayam arab 7,6 dan ayam bangkok 7,6. Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Utami (1995) dan Toelihere (1981) bahwa semen ayam umumnya bersifat agak basa yaitu  7,0 - 8,0.   
Semen yang dihasilkan berwarna krem, dengan konsintensi kental yang tidak tembus cahaya ini sesuai yang dikemukakan oleh Sturkie (1976) dan Rose (1997) bahwa semen yang berkualitas baik berwarna krem dan tidak tembus dengan cahaya yang menunjukkan konsentrasi tinggi. Warna krem yang terbentuk adalah akibat dari konsentrasi spermatozoa yang padat, sebaliknya semen yang tidak baik apabila semen tersebut kemerahan akibat terkontaminasi oleh darah atau berwarna hijau akibat terkontaminasi oleh kotoran, dan terjadi koagulasi (penggumpalan) akibat terkontaminasi oleh cairan bening (transparant fluid) dari jaringan erektil pada saat penampungan semen. Jika setelah penampungan diperoleh semen seperti tersebut, dianjurkan untuk tidak digunakan untuk keperluan IB. Sebab kriteria ini sebagai informasi awal yang diperoleh dalam menduga terpenuhinya syarat konsentrasi spermatozoa yang terkandung dalam semen.
            Konsistensi atau derajat kekentalan semen adalah merupakan salah satu syarat mutlak yang terpenuhi pada saat evaluasi semen. Konsistensi semen yang diperoleh dari penampungan semen ayam jantan percobaan selama penelitian termasuk kental, hal ini menunjukkan bahwa konsistensi spermatozoa dalam semen tersebut cukup tinggi (Sturkie, 1976).
            Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa semen mempunyai gerakan massa masing – masing pejantan semen hasil penelitian mempunyai gelombang besar, gelap dan tebal yang bergerak cepat dan aktif. Gerakkan massa spermatozoa ini tergolong kategori sangat baik (+++). Hal ini menunjukkan bahwa spermatozoa yang terkandung dalam semen, diperoleh selama penelitian sangat tinggi. Tingginya motilitas akan mempengaruhi tingkat fertilitas (Bakst dan Cecil, 1992).
Konsentrasi spermatozoa dari masing – masing pejantan adalah : ayam kampung 2,9 x 109, ayam arab 3,1 x 109,dan ayam bangkok 3,4 x 109 per ml semen. Konsentrasi spermatozoa tersebut sesuai hasil penelitian yang di laporkan oleh Sastrodiharjo dan Iskandar (1994) yaitu 2,5 – 3,5 x 109. Konsentrasi tergantung pada strain ayam, frekuensi penampungan, pakan yang diberikan dan keterampilan operator (Smyth, 1968). Motilitas spermatozoa rata-rata dari masing-masing pejantan ayam kampung 91 %, ayam arab 90,5 % dan ayam bangkok 93,5%, hasil tersebut sesuai yang dikemukakan Toelihere (1981) yaitu lebih dari 80 % sepermatozoa dalam satu kali ejakulat yang menunjukkan motil progresif dan hampir sama dengan Abdillah (1996) yaitu 80 - 85% .
Abnormalitas spermatozoa rata-rata dari masing- masing pejantan ayam kampung 2,5 %, ayam arab 3 % dan ayam Bangkok 2,5 %, hal ini sejalan dengan pendapat Toilihere (1981), yaitu antara 5 - 20%. Bentuk umum abnormalitas yang ditemukan adalah hilangnya ekor, ekor melingkar dan ekor patah. Abnormalitas terjadi saat spermatogenesis dan transportasi pada organ reproduksi jantan, bisa juga pada saat mengkoleksi dan perlakuan. Spermatozoa tampa ekor di sebabkan oleh kesalahan pembuatan preparat tetapi juga dapat oleh gangguan patologik, defisiensi makanan dan temperatur yang berubah secara ekstrim.( Salisbury dan Vandemark 1985).

4.2  Pengaruh Bangsa Ayamdalam Mempertahankan Fertilitas Spermatozoa
Hasilpengamatanfertilitas spermatozoa ayamdarimasing-masingperlakuanselamapenelitianterterapadaTabel 4.

Tabel4Rata-rata fertilitas spermatoza ayampadasetiapperlakuanselamapenelitian

Perlakuan jenis bangsa ayam
Fertilitas spermatozoa (%)
Ayam Kampung
68.88a
Ayam Arab
71.32a
Ayam Bangkok
89.96b

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penggunaan dari tiga jenis bangsa ayam yang digunakan dalam penelitian ini ( Ayam Kampung, Ayam Arab, Ayam Bangkok) memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) fertilitas spermatozoa ayam percobaan. Adanya pengaruh perlakuan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan bangsa ayam yang digunakan. Pejantan yang memperlihatkan fertilitas yang baik adalah ayam bangkok. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penampilan morfologi ayam bangkok seperti proporsi tubuhnya lebih yang besar akan memiliki jaringan testikular lebih besar yang pada akhirnya mampu mengahasilkan semen dalam volume yang lebih besar pula, dan aspek – aspek lain seperti karakter seks sekunder. Perkembangan karakter seks sekunder  pada hewan dipengaruhi oleh hormon jantan yang secara langsung berkaitan dengan proses spermatogenesis. Dengan kata lain proses seleksi ayam bangkok secara tidak langsung mempunyai dampak positif terhadap produksi semen, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Berdasarkan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil menunjukkan P3 (ayam bangkok)berbeda sangat nyata dengan P1 (ayam kampung)tapiberbeda sangat nyata dengan P2 (ayam arab)dan P1 (ayam kampung) tidak berbeda nyata dengan P2hal ini disebabkan oleh bangsa ayam Bangkok daya fertilitas sangat baik selama penelitian dibandingkan bangsa ayam kampung dan bangsa ayam arab. Hal ini disebabkan karena perbedaan kuantitas dan kualitas dari semen ayam bangkok lebih baik dibanding dengan semen ayam kampung dan ayam arab. MenurutZavaleta dan Ogaswara (1987) Proses pergarakan dan fertilitas spermatozoa diduga dipengaruhi oleh jumlah spermatozoa yang berada di Sperm nets  infundibulum. Lamanya kemampuan hidup spermatozoa ayam dalam saluran reproduksi ayam betina mencapai 32 hari, akan tetapi daya ferilitasnya hanya mencapai 21 hari setelah inseminasi (Kismiati, 1999). Faktor penentu keberhasilan fertilisasi adalah jumlah spermatozoa yang terkumpul disekeliling telur selama 15-20 menit setelah ovulasi ( sel telur dilepaskan dari ovarium).
Waktu  IB cenderung meningkatkan fertilitas terlebih jika saat betina di IB dalam masa produktif. Sastrodiharjo dan Resnawati (2003) menyatakan bahwa IB selama masa produksi dapat meningkatkan daya fertil spermatozoa karena dengan IB berkaitan dengan penambahan jumlah spermatozoa dalam saluran oviduk betina selama masa produksi. Selanjutnya spermatozoa akan menyebar kedalam saluran reproduksi ayam betina yaitu daerah Unterovaginal Junction(UVJ) kemudian ke infundibulum akan tetapi hanya spermatozoa yang potensial yang mampu melakukan fertilisasi akibat terjadinya sekresi selama masa perjalanannya dalam saluran reproduksi ayam  betina. 















V.          KESIMPULAN  DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian  “ Pengaruh Bangsa Ayam Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa”. Diperoleh kesimpulan bahwa :

1.         Bangsa ayam bangkok merupakan strain ayam yang mempunyai kualitas semen yang sangat baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dibandingkan dengan bangsa ayam kampung dan bangsa ayam arab.
2.        Fertilitas spermatozoa bangsa ayam bangkok berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dibandingkan fertilitas spermatozoa bangsa ayam arab dan bangsa ayam kampung.

5.2         Saran

Perlu dilakukan  penelitian lebih lanjut terhadap jenis bangsa ayam lain, agar dapat dijadikan pembanding sehinga akan mendapatkan breed baru yang baik dan dapat diaplikasikan kemasyarakat peternak untuk meningkatkan produktifitas ternak ayam.







DAFTAR PUSTAKA
Abdillah. 1996. Pengaruh Beberapa Pengencer Semen, Lama Penyimpanan Semen dan Waktu Inseminasi Terhadap Fertilitas dan Spermatozoa ayam Buras. Tesis. Program Pascasarjana Insistitut Pertanian Bogor.Bogor
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

Bakst, M.R. and H. Cecil. 1992. Effect of Moficasion of semen Diluent With Cell Culture Serum Replacemen on Fres Stored Turkey Semen Quality and hen Fertility. J. Poltry. Science.

Burrows, W .H dan J.A. Quinn, 1985. A Methode of Oftaining Spermatozoa From Domestic Fowl. Poultry Science.

Card, L.E. 1963. Poultry Production. 9th Edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hafez, E.S.E. 1993. Artificial Inseminastion. In E.S.E. Hafez. Ed . Reproduktion in Fram Animals. 5th ed. Lea and Febiger. Philadelphia

Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan pada Ternak. Modul Program Keahlian Budidaya ternak. Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Standar Pengelolaan SMK. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.

Lake, P.E. and J.M. Stewart, 1978. Artificial Insemination In Poultry. Bulletin 213. Ministry of agricultur. Fisheries and food.

Rasyaf, M. Beternak Ayam Kampung. Penerbit swadaya, Jakarta.

Ridwan, 2002. Fertil life dan Periode Fertil Spermatozoa  Ayam Buras Pasca Inseminasi Buatan.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.

Salisbury, G.W.and Vandermark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Iseminasi Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan oleh R. Djanuan. UGM Press. Yokyakarta.

Sarjuni, S. Dan Mozin, S.1996. Respon Burung Puyuh (Coturnix  Japanica) Periode Layer Terhadap Ransum dengan Berbagai Tingkat Protein. Laporan Penelitian. Universitas Tadulako. Palu.
Steel, R.G.O dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. Edisi Kedua Gramedia. Jakarta.Sturkie, 1976 Avian Physiology. Ed – 3. Springer Verlag. NewYork.
Sturkie, 1976 Avian Physiology. Ed – 3. Springer Verlag. NewYork
Sunarto, Hesty N, Delly N & Dwi S. Y. 2004. Petunjuk Pengembangan ayam Buras di BPTU Sembawa, Dep. Tan. Dir jen, Bina Produksi Peternakan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwi Guna dan Ayam, Sembawa, Palembang, 82 hal.
Smyth, T.R. 1968. Poultry , In. E.J. perry (ed). The Artificial Insemination of Farm Animals. 4th ed. Rotgers University Press. New Jerse
Utami, I. A. P. 1995. Pengaruh Berbagai Macam Pengencer Semen dan dosis inseminasi buatan terhadap fertilitas dan daya tetas telur pada ayam Buras. Thesis. Progaram pascasarjana, IPB Bogor.

Zaveleta, D. And F. Ogaswara. 1987. A. Review Of the Mechanism of the Release of Spermatozoa From Storage Tubules In the Fowl and Turkey Oviduck. World Poultry Science Journal.